Rabu, 20 Maret 2013

Kenari paruh merah dan sejarahnya di masa lalu


Bagi Anda pencinta kenari, mungkin sudah pernah mendengar atau melihat kenari merah atau kenari red factor. Tetapi pernahkah Anda mendengar istilah kenari paruh merah (red-beak canary ) ? Kenari paruh merah dulu pernah popular, dan dikenal sebagai kenari mutasi. Mutasi ini tidak hanya memunculkan pigmen merah pada paruhnya saja, tetapi juga mengubah warna kaki, cakar, kuku, serta bagian dalam dari kaki yang semuanya berwarna oranye. Bulu-bulunya juga oranye, terasa lebih lembut dan penuh pigmen sampai ke ujung bulu.
Kenari paruh merah dan kenari merah
PERBEDAAN ANTARA KENARI PARUH MERAH MUTASI DAN KENARI RED FACTOR.
( foto: tccoloraobelgium.skyrock.com )
Pengenalan kenari paruh merah hasil mutasi ini dimulai pada pertengahan abad ke-20 di berbagai negara di Eropa seperti Belgia, Belanda, dan Spanyol, yang kemudian dibawa ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan.
Semula para penangkar memiliki banyak keluhan dengan kenari hasil mutasi ini, terutama berkaitan dengan masalah kesehatan yang serius. Banyak kenari mutan yang mengalami gangguan saraf, seperti gerakan yang tidak terkontrol dan kebutaan.
Karena sering bermasalah, akhirnya kenari paruh merah menjadi tidak begitu popular lagi. Hanya beberapa penangkar saja yang masih menjalankan idealismenya, untuk menciptakan kenari paruh merah yang bebas dari gangguan kesehatan seperti yang terjadi di masa lalu.
Sebagian penangkar idealis itu mukim di Spanyol dan Uruguay, yang kebetulan sama-sama menggunakan bahasa Spanyol. Kenari paruh merah ini dikenal dengan nama mutasi annatto. Ada juga yang menyebutnya sebagaiurucum canarios.
Istilah annato mengadopsi nama tanaman yang banyak dijumpai di Amerika Selatan, yaitu annato (Bixa orellana), atau di Indonesia dikenal sebagai tanaman kesumba. Tanaman ini memiliki biji buah berwarna merah, dan kerap digunakan masyarakat suku Indian untuk melukis kulit (semacam tatto) dalam berbagai ritual suku tersebut.
Kenari paruh merah memang memiliki keindahan warna pada kulit, bulu, dan paruh secara merata. Namun  karena kekurangannya, terutama terkait masalah kesehatan, mutasi ini menjadi kurang begitu popular untuk dikembangbiakan secara lebih luas.
Semoga informasi ini bisa menambah pengetahuan bagi Anda, khususnya para pencinta kenari warna. Ya, siapa tahu ada kenari mania Indonesia yang mampu meneruskan proyek kenari paruh merah, tanpa harus tersandung lagi dengan masalah kesehatan kenari itu sendiri.
Sumber : Om Kicau
Salam sukses, salam dari Om Kicau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar